Monday, June 13, 2011
Anak Belajar dari Kehidupannya
Alkisah pasangan muda Dul Kemit dan Maimunah sedang duduk-duduk santai diserambi rumah bersama putra bungsu mereka yang bernama Jono (7 tahun). Sesekali Dul Kemit mengajarkan satu dan dua hal kepada Jono tentang pengetahuan.
Ketika akan menyantap makanan ringan yang ada di depan meja, Dul Kemit bertanya kepada Putranya: “Puteraku yang paling ganteng sedunia yang bernama Jono, hayo coba kamu terangkan apa yang dibaca kalau kita akan makan…?” Lalu Jono menjawab: “gampang yah, kita harus membaca Bismillah…”. “Dan bacaan sesudah makan apa?” Tanya Dul Kemit lagi. Dengan sangat percaya diri Jono menjawab “yang dibaca sesudah makan adalah Astagfirullah”. Dul Kemit langsung tersentak dari duduknya mendengar jawaban puteranya tersebut. “Jawabanya salah Jono, yang bener harus baca Alhamdulillah” terang Dul Kemit. “Nggak Yah, yang benar baca Astagfirullah, buktinya selesai makan bersama keluarga di restoran sea food kemarin ayah mengucapkan kata Astagfirullah” protes Jono. Dul Kemit kaget dan buru-buru meluruskan apa yang disampaikan Jono, “Kalau yang kemarin itu ayah baca Astagfirullah karena saat selesai makan ayah lihat nota tagihan kok banyak sekali, makanya ayah kaget”. “O… gitu to saya paham” kata Jono. Hehehehehehe
Itu hanya sebatas gambaran tentang keseharian kita. Sering kali kita mengajarkan sesuatu hal kepada anak kita baik secara langsung maupun tidak langsung. Kecenderungan anak akan meniru dari apa yang didengar, dilihat maupun yang dirasakan dimana komunitas ia berada. Baik di rumah, lingkungan sekitar, disekolah, di pesantren dan dimanapun. Tentunya kita harus berhati-hati dalam bersikap.
Keluarga mempunyai peranan penting karena dipandang sebagai sumber pertama dalam proses sosialisasi, karena memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kesehatan mental anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya, yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Keluarga merupakan aset yang sangat penting, individu tidak bisa hidup sendirian, tanpa ada ikatan-ikatan dengan keluarga. Begitu menurut fitrahnya, menurut budayanya, dan begitulah perintah Allah SWT. Keluarga memberikan pengaruh yang besar terhadap seluruh anggotanya sebab selalu terjadi interaksi yang paling bermakna, paling berkenan dengan nilai yang sangat mendasar dan sangat intim.
Mengingat begitu pentingnya pendidikan dimulau dari keluarga, tentunya kita harus bijak dan cerdas dalam mensikapinya. Proses pertama yang harus dilakukan adalah menjadi contoh dan tauladan yang baik bagi anak-anak kita. Jangan kemudian kita menyuruh anak untuk melakukan sholat, puasa atau apapun ajaran kebaikan lainnya kalau kita sendiri tidak melakukannya. Apa kata dunia nantinya….???
Saya masih menganggap reward dan punishment penting, dalam artian berikan reward kepada anak berupa pujian, sanjungan ataupun reward yang lainnya guna lebih meningkatkan kreativitas. Punishment disini harus memberikan dampak positif bagi perkembangan mental dan rasa tanggung jawab anak….
Berhubung sudah ngantuk, jadi sebatas itu dulu yanga keluar di kepala ini, mungkin lain kali bisa dilanjutkan kembali. Kepada teman-teman, sudulur-sedulur mohon ditambahkan bila berkenan. Lha gitu to……………….???
Salam,
Eko Sumarsono bin Sulis Raharjo bin Darno Semito Sampun Gadah Putro Sampun Gadah Wanito
Labels:
ARTIKEL - OPINI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment