Saturday, December 31, 2011

Kapan Orang Miskin Mengenyam Pendidikan Layak



Beberapa hari yang lalu, Sukirman sibuk menawarkan sepeda motor satu-satunya yang ia miliki. Padahal sepeda motor itu salah satu sarana transportasi untuk bisnis makanan yang ia tekuni selama ini. Akibat kenaikan BBM yang berimbas pada makin besarnya biaya produksi, membuat ia tidak mampu bertahan lagi. Apalagi putra bungsunya sebentar lagi sudah mulai masuk Sekolah Dasar. Dan bukan rahasia lagi, untuk masuk sekolah tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Memang, di negeri ini sebuah bangku sekolah itu harus "dibeli" dengan harga yang mahal, yang begitu berat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Jadi lengkap sudah penderitaan yang di alami Sukirman.



Di era sekarang ini, untuk mendaftar sekolah saja tidak semudah dibandingkan dengan era 10 tahun yang lalu. Di Batam misalnya, karena tidak sebanding antara pertumbuhan penduduk dengan pertambahan jumlah sekolah negeri maka dampaknya adalah semakin banyak siswa yang tidak tertampung. Ini tentu akan menimbulkan persoalan baru yang sekiranya tidak cepat diantisipasi maka akan berdampak pada pemiskinan sosial.

Apabila masuk sekolah swasta, maka orang tua harus rela mengeluargan biaya ekstra. Untuk masuk SD saja, diharuskan terlebih dahulu membayar uang “bangku” berkisar antara Rp 2 jutaan atau lebih. Belum termasuk biaya-biaya lain yang mencekik leher, antara lain SPP yang berkisar antara Rp 100.000-Rp 500.000 per bulan (tergantung bergengsi tidaknya sebuah sekolah), uang pakaian seragam, uang buku, uang kegiatan, dan tagihan lainnya dari sekolah. Begitu mahalnya biaya yang dibutuhkan, maka sekolah akhirnya hanya bisa dimasuki mereka yang punya uang, sedangkan mereka yang berekonomi lemah terpaksa harus gigit jari dan mata melotot melihat mereka yang menikmati cerianya bangku sekolah dan atau bila memaksa akan menjadi lenih miskin gara-gara sekolah.

Disatu sisi kita mesti mengacungkan jempol atas upaya orang tua untuk menyelamatkan masa depan anak-anak mereka pada suatu tempat yang bernama “sekolah”. Tidak sedikit diantara orang tua yang rela menggadaikan segalanya demi masa depan sang anak. Bagi orangtua, sekolah tampaknya masih dijadikan pilihan utama yang bisa mengubah nasib anak-anak mereka.

Itulah potret negeri ini, negeri yang gemah ripah loh jinawi tata tenterem kerta raharja kata sang dalang, “negeri tanah surga karena tongkat kayu dan batu jadi tanaman” kata penyanyi Koes Ploes tapi mayoritas masyarakatnya yang miskin tidak bisa menikmati pendidikan layak. Ironi memang….

Semenjak globalisasi ala “konsensus Washington” menjadi program utama yang dianut mentah-mentah bangsa ini, sejak itu pula pemiskinan masyarakat seakan menjadi tujuan utama bangsa. Begitu pesat pertumbuhan masyarakat miskin yang semakin sulit untuk menikmati pendidikan, pelayanan kesehatan, tempat tinggal yang memadai, dan pekerjaan yang layak. Globalisasi adalah skenario yang telah sukses meluluhlantakkan peradaban bangsa Indonesia.

Tidak kalah mengerikan adalah diperbolehkannya kepemilikan asing sampai 49 persen dibidang usaha Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Non Formal. Angka 49 persen kepemilikan asing di semua tingkat pendidikan semakin memperjelas konsep liberalisasi pasar yang justru diamini para pengambil kebijakan negeri ini.

Pendidikan merupakan sebuah upaya dalam pengembangan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, disamping menjadikan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mempunyai aklak yang mulia. Pendidikan bukan sebatas perhitungan untung-rugi, tapi lebih jauh lagi adalah ruh dan nilai “ideologi” suatu bangsa.
Bukan rahasia lagi bahwa pendidikan model pasar telah menjadi mesin produksi yang harus bekerja terus-menerus dengan logika "efektivitas dan efisiensi" untuk menciptakan "generasi intelektual instan". Model pendidikan seperti ini kemudian mengesampingkan sebuah proses pendidikan yang di dalamnya terdapat titik-titik pencerahan dan pembebasan manusia dari keterkungkungan. Hasil dari proses pendidikan yang hanya pada logika berfikir “untung-rugi” ini, meminjam istilah HM. Amin Rais akan menciptakan belukar nilai, belukar Weltanschaung dan belukar moral serta etika yang justru akan melahirkan generasi bermental inlander dan cenderung korup.

Sebuah pertanyaan dan kenyataan pahit yang jelas dihadapan kita adalah mengapa Pemerintah tidak dapat memenuhi amanat pasal 31 ayat 4 UUD 1945 yang berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”? Mengapa amanat Undang-Undang yang demikian penting diabaikan oleh pemerintah?

Jawabanya adalah karena pemerintah tidak punya cukup uang. Sumber daya alam kita sudah dikuasai pihak asing, perairan nasional kita sudah didominasi asing, lebih dari 50 persen perbankan nasional dikuasai asing, BUMN-BUMN kita sudah diambil-alih asing, dan yang kita kuasai sekarang adalah sekitar 40 persen masyarat Indonesia yang berada dibawah lapisan kemiskinan dan tidak mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan layak.
Lebih ironi lagi, hingga saat ini mereka yang berkantong tebal (termasuk para pengambil kebijakan) justru dapat menikmati pendidikan bermutu diluar negeri meski harus mengeluarkan biaya puluhan hingga ratusan juta rupiah perbulannya. Pertanyaannya apakah ini yang disebut “keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia” sementara masih banyak masyarakat yang hanya bermimpi untuk mengemyam pendidikan layak….

Sekalipun demikian, namun optimisme untuk menapak jalan yang lebih baik harus tetap dibangkitkan. Berbagai cara dan upaya guna memperbaiki system pendidikan yang sudah mengarah pada gaya kapitalisme harus terus dilakukan. Pemerintah sebagai pengambil kebijakanya, swasta dengan community social responsibility dan masyarakat “mampu” dengan kepekaan sosialnya harus bersatu padu mengupayakan suatu sistem pendidikan bermutu yang bisa dijangkau oleh semua elemen masyarakat, bukan pendidikan yang semata-mata hanya berfikir untung-rugi, bukan pendidikan yang menipu bangsa, dan bukan pendidikan yang korup dengan menjadikan pelaku-pelaku pendidikan sebagai “pimpinan-pimpinan proyek”

Pendidikan bermutu tapi terjangkau (murah) adalah keharusan demi menyelamatkan negeri ini, karena tolak ukur maju tidaknya suatu negara sangat tergantung dari seberapa besar peran pendidikan dapat menyentuh semua lapisan masyarakatnya. Dan yang paling penting adalah, Pendidikan layak (bermutu) bisa dinikmati masyarakat miskin dan tidak membuat masyarakat menjadi miskin…………

Oleh: Eko Sms
Ketua Inisiator Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Provinsi Kepulauan Riau, Aktivis Pemuda Muhammadiyah Kepri.
Baca Selanjutnya.....

Indonesia adalah bangsa yang besar



Adalah Suparman, sahabat saya saat masih di Sekolah Menengah Pertama yang baru pulang dari negeri seberang sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dua hari yang lalu. saya masih ingat betul ketika menjemputnya dari pelabuhan Batam Center dan mengantarkannya ke Bandara Hang Nadim dia menceritakan suka duka menjadi TKI di Negeri seberang tersebut, bagaimana perlakuan yang didapat dan bagaimana pandangan mayoritas masyarakatnya terhadap Indonesia, yang intinya hampir semua negatif. Saat itu darah saya mendidih, perasaan marah dan lain-lain berbaur menjadi satu. Rasa nasionalisme pun kembali terbangkitkan….



Sejenak saya merenung dan kembali merenung…. Tidak tahu harus berbuat apa. Kalau harus marah, kepada siapa harus marah… Kalau harus bertanya siapa yang salah, toh ada juga kesalahan yang kita lakukan akibat kebijakan pemerintah yang tidak pro kerakyatan, pro keadilan, pro kesejahteraan rakyat dll…

Saya jadi teringat dengan apa yang dikatakan seorang guru saat saya masih di Sekolah Dasar dulu. "Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar". Kenyataannya memang benar, Indonesia memang besar, ini dapat di lihat dari rumah pejabat yang besar dan ada dimana-mana, perusahaan-perusahaan besar yang dimiliki para pejabat dan kroninya, korupsi secara pribadi maupun kolektif dalam jumlah besar, pengiriman TKI tanpa skill secara besar-besaran, rakyat miskin yang jumlahnya cukup besar, bencana besar-besaran yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, dan lain.lain… Intinya BESAR dan BESAR.

Inilah realita yang terjadi dengan bangsa Indonesia saat ini. Tidak cukup kalau hanya sekedar mengeluh dan beretorika belaka. Namun lebih dari pada itu adalah aksi riil apa yang harus kita lakukan. Kita harus berbuat…., dari hal terkecil yang bisa kita lakukan. Percuma kita marah, kita geram kalau kita tidak melakukan apa-apa. Kita harus menjadi SOLUSI….

Solusi atas diri kita….
Solusi atas masyarakat dan lingkungan disekitar kita…
Solusi atas Bangsa Indonesia…..!!

Saatnya kita songsong perubahan bangsa dengan kebersamaan.
Sekali merdeka bukan hanya tetap merdeka,
Namun sekali merdeka harus merdeka sekali…,
Merdeka secara lahiriah maupun jasmaniah…

Salam..................


Baca Selanjutnya.....

PRAGMATISME


Tiga hari yang lalu ada beberapa teman yang datang ke rumah saya dan mengadu bahwa dia telah ditipu sampai ratusan juta rupiah karena uang yang telah ia transfer guna mendapat project di salah satu galangan perkapalan ternyata tidah ada hasilnya, bahkan uang tersebut dibawa kabur oleh broker yang menawarkannya. Alih-alih mendapatkan keuntungan yang besar, modal bisa kembali saja sudah bersyukur. Tapi apa boleh buat, ibarat pepatah “nasi sudah jadi bubur”, dan lebih parahnya lagi bubur tersebut adalah bubur basi yang tidak bisa dimanfaatkan lagi meski dibelikan beberapa bumbu dapur…….



Pengalaman yang hampir sama juga dialami oleh tetangga saya beberapa bulan yang lalu, sebut saja namanya Paijo. Ketika Paijo membeli detergen bubuk yang biasa dipakai untuk mencuci pakaian sehari-hari, ia menemukan secarik kupon berhadiah sebuah mobil keluaran terbaru, yang lengkap dibubuhi tandatangan pejabat terkait didalam kemasan detergen tersebut. Tanpa banyak pertimbangan Paijo menghubungi nomor yang tertera dan terjadilah kesepakatan harus membayar sejumlah uang guna pengurusan pajak hadiah dan pajak kendaraan. Begitu sudah selesai ditransfer yang terjadi adalah paijo sudah tidak bisa menghubungi contact yang tertera dalam kupon tersebut.

Dari beberapa media massa pun, baik cetak maupun elektronik kita juga bisa mengetahui bagaimana sudah sedemikian parah kultur yang ada disekeliling kita. Budaya tipu menipu, budaya korup, budaya menindas dan budaya-budaya negative lainnya seakan menjadi biasa guna mendapat keuntungan yang bersifat pribadi atau sekelompok golongan kecil. “ Ternyata sudah sangat pragmatis pola pikir masyarakat kita”, kata seorang teman saat diskusi di sekitar kawasan Nagoya.

PRAGMATISME, mungkin kata yang tidak asing untuk telinga kita atau bahkan sudah sangat familiar. Sederhana untuk diucapkan namun mengandung pemaknaan yang sangat luar biasa. . Walaupun mungkin belum terlalu paham, tapi kalangan awam sepintas mengkonotasikan pragmatisme sebagai sebuah sikap atau paham yang negatif. Ada kesan hipokrit dan manipulatif.

Dari referensi yang saya baca, Istilah pragmatisme berasal dari kata Yunani "pragma" yang berarti perbuatan atau tindakan. "Isme" berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian pragmatisme berarti suatu ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Kriteria kebenarannya adalah faedah atau manfaat. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil/manfaat.

Pada praktiknya, pragmatisme menuntut dua syarat; Pertama, ide atau keyakinan yang mendasari keputusan yang harus diambil untuk melakukan tindakan tertentu. Dan yang kedua, tujuan dari tindakan itu sendiri. Keduanya tidak bisa dipisahkan.Bagi kalangan pragmatis, sesuatu dianggap benar jika berguna bagi manusia, bermanfaat dalam praktek dan dapat memenuhi tuntutan hidup manusia.

Sepintas pragmatisme seperti cara berpikir yang benar. Mudahnya, jika sebuah gagasan atau ideologi tidak bisa diterapkan dan diambil manfaatnya dalam praktik, maka buat apa dipertahankan. “Kebenaran” menurut kaum pragmatis adalah yang terbukti bermanfaat dalam praktik. Jika sesuatu tidak memberikan keuntungan bagi manusia, ia layak ditinggalkan. Sekalipun hal itu bernilai ideologis dan idealis.

Pragmatisme dengan mudah akan mengkhianati kebenaran sejati dalam pandangan ideologi dan tataran idealis. Pragmatisme mendorong manusia selalu menginginkan keuntungan yang seketika. Akibatnya ia akan melakukan tindakan apapun untuk mewujudkannya.

Menilik dari sisi ajarannya, maka pragmatisme sebenarnya merugikan dan membahayakan masyarakat. Siapapun yang memakainya sebagai cara berpikir dan bertindak, tidak lagi mengindahkan rasa keadilan dan kebenaran yang objektif. Kaum pragmatis tidak membutuhkan lagi ideologi dan nilai-nilai idealis. Bagi mereka, yang terpenting adalah mendapatkan keuntungan spontan bagi dirinya dan kelompoknya. Dengan demikian aturan dan nilai-nilai ideologi rawan untuk dimanipulasi, karena menjadikan pelakunya senantiasa bersikap oportunis dan hipokrit. Bagi mereka yang terpenting bukanlah mempertahankan idealisme dan ideologi, tetapi mendapatkan keuntungan dari tindakan yang mereka lakukan. Tidak peduli bahwa keuntungan itu hanya bersifat jangka pendek.

So….., yang pasti kalau kita menganggap bahwa paham pragmatisme adalah sesuatu yang membahayakan, siapkah kita untuk meninggalkannya? Tidak cukup kalau hanya sekedar mengeluh dan beretorika belaka. Namun lebih dari pada itu adalah aksi riil apa yang harus kita lakukan. Kita harus berbuat…., dari hal terkecil yang bisa kita lakukan. Percuma kita marah, kita geram kalau kita tidak melakukan apa-apa. Kita harus menjadi SOLUSI….Solusi atas diri kita…., Solusi atas masyarakat dan lingkungan disekitar kita…. dan Solusi atas Bangsa Indonesia…..!!

Salam,
Eko Sumarsono

Baca Selanjutnya.....

INDAHNYA BERBAGI RASA


Beberapa saat yang lalu di sekitaran kawasan Nagoya aku sedang menikmati teh tarik special yang konon katanya paling uenak sedunia dan beberapa potong pisang goreng. Biar dikatakan sibuk, aku pura-pura ngotak-atik ponsel ku yang emang dasarnya sudah butut. Mo calling temen-temen tapi pulsa dah mepet, belum dapat transferan dari sephia yang lagi sibuk syuting sinetron terbarunya. Jadi terpaksa deh, bisanya sms-an doang mengabarkan ini dan itu sambil berkhayal seandainya aku jadi orang yang beken gimana ya rasanya…..



Ketika alam khayalan sudah berada dilangit ketujuh, tiba-tiba aku dikagetkan oleh teguran seorang anak kecil yang berusia sekitar 10 tahunan sambil menenteng kantong plastik berwarna hitam berisi sebuah roti yang sudah sisa. “om…., pisangnya masih mau dimakan nggak, kalau sudah nggak dimakan lagi bisa saya minta?” tegur si bocah tadi. Sejenak aku terperanjat sambil mengamati penampilan si bocah yang sudah agak dekil ini, sambil mencari-cari jawaban siapa sebenarnya dia, kenapa anak sekecil ini sudah jadi peminta-minta dan lainnya.

“Silahkan…, kebetulan om sudah kenyang” jawabku spontan. “Terimakasih om…., mudah-mudahan Allah membalas kebaikan om” kata anak itu dengan girangnya. Aku terhenyak, gara-gara satu setengah potong pisang goreng si anak mendoakan dengan sedemian ikhlasnya. “Ya sudah, kalau belum makan om pesankan makan ya, kita makan bersama sekalian bincang-bincang” kataku yang sok ingin jadi orang baik.

“Nggak usah om….., cukup pisang ini saja saya sudah terimakasih” sahutnya. “Kenapa, nggak mau? Om ikhlas kok seandainya bisa membantu minimal membelikan makan untuk kamu. Pokoknya mau ya?” bujuk ku sedikit memaksa agar bisa mendapat sedikit pahala di hari itu. “Baiklah kalau om agak memaksa, tapi kalau boleh di bungkus aja ya om makanannya?” pintanya. “Emang kenapa kalau makan disini, malu ya sama orang-orang itu?” tanyaku sambil melirik kekanan dan kekiri yang memberitahukan ada beberapa orang ditempat tersebut.

“Bukan om…, kenapa saya minta untuk dibungkus karena kalau saya makan disini cukup saya saja yang kenyang, tapi kalau saya makan dirumah ada 2 orang teman saya yang bisa menikmatinya. Dia bernama Andi dan Parman. Saat ini Andi sedang sakit jadi Parman menemaninya di rumah. Biasanya sih kami bertiga selalu bersama-sama mencari makan. Hanya itu keluarga saya om, Ibu saya sudah meninggal saat saya berusia 5 tahun, sedang ayah saya siapa saya nggak tahu” terangnya.

Jawaban si anak tersebut benar-benar membuat saya terharu. Betapa anak seusia dia mempunyai tanggung jawab yang sedemikian besar. Betapa anak seusia dia sudah mempunyai empati dan rasa berbagi dengan temannya……!!!

Ya Tuhan..., saya tahu, si anak tadi bisa saja makan sendiri untuk mengatasi rasa laparnya. Mungkin juga dia bisa menyimpan sendiri untuk persediaan makan dia sampai malam. Tapi itu tidak dia lakukan. Dia malah akan membagi kepada teman-temannya untuk sama-sama menikmati makanan pemberian saya. Bisa kita bayangkan, seorang anak kecil yang untuk makan malam saja belum tentu dia dapat, masih mau BERBAGI RASA dengan temannya…...

Subhanallah.., berbagi rasa ternyata bukan milik kaum yang berada saja. Saling memberi bukanlah dominasi kaum berduit saja. Justru mereka jauh lebih bernilai dihadapanNya. Karena mereka memberikan, membagikan sesuatu yang justru mereka butuhkan dan mungkin saja paling berarti bagi mereka saat itu.

Orang mampu, kaya belum tentu mau memberikan yang terbaik dalam hidupnya untuk orang lain. Kalau memberi baju, umumnya baju bekas yang diberikan, daripada ga di pake, daripada dibuang. Nilainya sungguh jauh berbeda dengan makanan sederhana yang dibagikan oleh anak tadi, bisa jadi baju bekas yang kita berikan lebih mahal.

Seandainya saja kita mau berfikir dan bertindak sama dengan yang dilakukan si anak kecil tadi, mungkin tidak akan terlalu jauh kesenjangan di Negara ini…..
Mudah-mudahan……..

Salam,
Eko Sumarsono bin Sulis Raharjo bin Darno Semito Sampun Gadah Putro Sampun Gadah Wanito

Baca Selanjutnya.....

K E J U J U R A N


Tulisan ini akan saya awali dengan sebuah anekdot yang mudah-mudahan bisa menjadikan pencerahan dan penyadaran bagi kita bersama….

Alkisah disuatu perkampungan ada seorang penebang kayu yang sangat miskin namun masih menjunjung nilai kejujuran dalam hidupnya, dia bernama Paimo. Apapun yang dilakukan, paimo senantiasa berusaha dan berusaha untuk jujur.

Pada suatu hari, ketika Paimo sedang menebang kayu di hutan, tiba-tiba kapak yang ia pegang terjatuh disungai. Ia sangat bingung sekali, sebab kapak itulah harta satu-satunya yang sangat berharga bagi dia saat itu. Tanpa kapak tersebut ia tidak bisa bekerja menebang kayu dihutan guna menafkahi keluarganya.



Disaat sedang bingung, datanglah Jin yang menawarkan pertolongan. Setelah diceritakan masalahnya, kemudian jin tersebut menghilang dan dalam sekejap muncul kembali sambil membawa 2 kapak, yang satu kapak emas dan yang satu kapak perak. “ini kapakmu?” Tanya Jin kepada Paimo sambil menunjukkan kapak emasnya. “Bukan” jawab Paimo yang jujur. “berarti yang ini kapakmu?” Tanya Jin lagi sambil menunjukkan kapak peraknya. “Juga bukan” jawab Paimo lagi. Lalu Jin tiba-tiba menghilang dan muncul kembali membawa kapak besi milik Paimo yang terjatuh di sungai. “Apakah ini kapakmu?” Tanya Jin berikutnya. “Benar itu kapak saya, kapak saya terbuat dari besi, bukan emas atau perak”. Jin sangat senang atas jawaban Paimo yang jujur, maka ketiga kapak tersebut diberikan kepada Paimo guna menghargai kejujuran Paimo.

Pada lain hari, Paimo sedang bekerja dihutan dan dibantu oleh istri tercintanya Markonah. Saat Markonah mengumpulkan kayu-kayu yang telah dipotong Paimo, tiba-tiba dia terjatuh ke sungai dimana kapak Paimo terjatuh dulu. Paimo yang dasarnya tidak bisa berenang, hanya bisa memanggil-manggil Markonah sampai suaranya habis. Beberapa jam Markonah tidak ditemukan membuat paimo sedih setengah mati.
Ditengah keputusasaan Paimo, datanglah Jin yang dulu pernah membantunya. Kemudian Paimo menceritakan tentang istrinya yang terjatuh di sungai. “baiklah aku akan membantumu” kata Jin. Kemudian dia menghilang dan beberapa detik muncul kembali sambil membawa Luna Maya. “ini istrimu?” Tanya Jin. “Benar” jawab Paimo. Jin sangat marah atas jawaban Paimo yang tidak jujur dan sebelum menghilang dia berkata bahwa tidak akan pernah membantu Paimo karena tidak jujur lagi.

Selidik punya selidik, ternyata Paimo takut kalau Jin sampai membawa tiga kali wanita-wanita cantik, dan karena kejujurannya nanti ketiganya akan dihadiahkan, padahal dia merasa miskin dan tidak mampu untuk menghidupi 3 orang istri, hehehehehe

Kata kejujuran……, memang mudah untuk diucapkan maupun ditulis, namun ketika kita dihadapkan pada suatu pilihan ternyata kejujuran bukan suatu yang mudah untuk dilaksanakan terlebih apabila sesuatu yang kita hadapi menyangkut hal-hal yang bersifat materi. Kejujuran sendiri adalah sesuatu yang bernilai abstrak tetapi dampak yang muncul bisa bervariasi tergantung siapa pelaku kejujuran itu dan siapa penerima nilai kejujuran itu.

Apalagi diera sekarang ini, kejujuran ibarat emas yang sangat mahal harganya. Di dukung teknologi yang semakin canggih, baik via sms, telpon, internet atau lainnya justru menjadikan kita semakin gampang untuk berbohong. Padahal kebohongan meski mulai dari hal kecil akan menjadikan kebiasaan ketika sering dilakukan, yang akhirnya tidak merasa menjadi beban atau berdosa ketika melakukannya.

Mungkin akhir-akhir ini kita menyaksikan, begitu banyak orang yang pintar akalnya, terhormat, mempunyai kedudukan atau bahkan orang yang biasa-biasa saja namun sering tidak jujur dalam bersikap. Banyak yang kaya hartanya tetapi miskin jiwanya. Tidak sedikit orang yang terpandang dan mempunyai kedudukan tetapi hilang kejujurannya, dan makin bertam-bah pengkhianatannya

Banyak orang yang sengaja melenyapkan kebaikannya dan berlomba menambah keburukannya, sudah langka menghargai orang lain karena kemuliaan akhlaknya, tetapi makin bertambah banyak orang yang menghargai manusia karena tinggi pangkat, kedudukan dan banyaknya kekayaan yang dimilikinya. Maka tidak aneh kalau banyak manusia yang berlomba menumpuk harta dan mengejar kedudukan walaupun dengan jalan yang tidak baik. Dan yang lebih parah lagi, ditengah apatisme masyarakat mulai dimunculkannya slogan-slogan yang justru menyesatkan. Misal: siapa yang jujur pasti hancur, siapa yang jujur pasti di kubur dan lainnya.

Itulah sedikit realitas yang terjadi dinegeri antah berantah ini, begitu mudahnya kita membiasakan sesuatu yang memang tidak baik. Saya jadi teringat dengan apa yang disampaikan oleh seorang guru saat di sekolah dasar dulu, “biasakan kebenaran tapi jangan benarkan kebiasaan”. Membiasakan kebenaran berarti senantiasa membawa nilai-nilai Illahiyah dan membenarkan kebiasaan akan tergantung apakan positif atau negatif.

Kejujuran adalah sebuah sifat yang akan menghasilkan sebuah sikap. Kejujuran biar bagaimanapun akan menjadi kunci dari kesuksesan menghadapi dunia. Walau mungkin kini kejujuran bisa dikatakan lebih sering terkubur bersama kebohongan, tetapi pada saatnya kejujuran akan muncul dan menjadi pemenang. Nilai-nilai kejujuran merupakan nilai yang muncul dari rasa keimanan akan adanya unsur tertinggi yang mengatur alam semesta, dan nilai tersebut akan diakui oleh sekitarnya apabila pelaku kejujuran melaksanakan sesuatu selaras antara ucapan dan tindakan. Jadi sudahkah kita membiasakan jujur…….????

Salam,
Eko Sms

Baca Selanjutnya.....

Wednesday, October 5, 2011

DOWNLOAD MUSIK PILIHAN

Bagi sahabat blogger yang membutuhkan musik-musik tambahan, silahkan download dibawah

I. SHOLAWAT:

1. Wafiq Azizah - ilir ilir klik disini
2. Wafiq Azizah - istigfar klik disini

Baca Selanjutnya.....

Monday, June 13, 2011

KEKUATAN PIKIRAN



Beberapa saat yang lalu di suatu malam, ketika saya sedang menikmati teh tarik favorit saya berikut makanan ringan di Pujasera Sekupang Trade Center (STC), saya dikejutkan oleh tawa yang tidak seberapa jauh dari tempat duduk saya. Ketika saya menoleh ternyata ada seorang laki-laki yang hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada sedang tertawa menikmati makanan sisa diujung pujasera tersebut. Ketika saya bertanya pada pelayan pujasera, dia menjelaskan bahwa dia tidak waras alias sinting sejak beberapa tahun ini sepulang dari Malaysia.

Yang menjadi perhatian saya saat itu bukanlah bagaimana dia menjadi gila, namun lebih dari itu adalah bagaimana dia memiliki kekebalan tubuh yang luar biasa. Beberapa keterangan yang saya dapat menyebutkan bahwa dia selalu berpakaian minim seperti itu, tidur disembarang tempat, makan makanan yang sisa yang tentu tidak higienis, terkadang minum minuman mentah namun hampir dipastikan dia tidak pernah sakit.



Saya berusaha mencari dan terus mencari jawaban tersebut. Kesimpulan awal yang saya dapat berdasar beberapa referensi yang saya temukan, bahwa semua prilaku manusia dipengaruhi oleh kerja otak, baik otak sadar (conscious) maupun otak bawah sadar (sub-conscious). Dalam hal ini yang terjadi pada si orang gila yang mempunyai kekebalan tubuh tersebut dikarenakan pikiran nya dalam kondisi Delta ( 0 fokus), sehingga tidak merespon positif maupun negatif atas poses yang terjadi.

Pikiran….., ternyata memunyai kekuatan yang sangat luar biasa. Apa yang kita pikirkan baik secara sadar maupun tidak sadar akan mempengaruhi hasilnya. Saya jadi teringat ketika masih di Solo beberapa tahun yang lalu, ketika kakek saya sakit kepala dan beliau minta dibelikan Paramex (maaf bukan promosi) tapi malah saya belikan merek lain yang harga nya jauh lebih mahal dan kualitasnya lebih baik. Hasilnya obat tersebut tidak memberikan reaksi apa-apa, tapi begitu saya belikan dengan merek yang diminta beberapa jam saja sudah sembuh. Ternyata kakek saya sudah meyakini dan mensugesti dirinya bahwa apabila minum obat tersebut maka akan sembuh.

Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan akan memberikan instruksi baik secara langsung maupun tidak kepada otak kita. Dulu waktu kecil kita terbiasa minum air mentah dan tidak membuat sakit, tapi kalau sekarang kita minum air mentah apa yang terjadi? Hampir dipastikan akan sakit. Apa karena sekarang sudah terkontaminasi dengan zat-zat kimiawi? Mungkin saja. Tapi menurut saya lebih pada kerja otak. Otak kita sudah dijejali dari beberapa referensi pengetahuan bahwa kalau tidak higienis akan menyebabkan penyakit dan lainnya, dan secara langsung maupun tidak kita sudah mengamininya. Coba kita bandingkan, ketika seseorang dihypnotis dan otak bawah sadar nya disugesti bahwa minum air raksa tidak berbahaya, apa yang terjadi ketika orang tersebut meminumnya? Yang pasti air raksa tersebut tidak memberikan reaksi apa-apa, sebab otak bawah sadar sudah memerintahan kepada tubuh untuk menetralisir apapun yang masuk.

Sekali lagi, itulah kekuatan pikiran. Dengan memberikan sugesti pada otak, sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin atau sebaliknya sesuatu yang mungkin bisa menjadi tidak mungkin. Ketika kita berfikir akan sakit pasti sakit, ketika kita berfikir tidak berhasil pasti tidak berhasil, ketika kita berfikir tidak bahagia pasti tidak bahagia dan lainnya. Begitu sebaliknya, ketika kita berfikir selalu sehat pasti sehat, ketika kita berfikir berhasil pasti berhasil, ketika kita berfikir bahagia pasti bahagia...
Akhir tulisan ini saya ingin mengajak sahabat semua, mari kita biasakan berfikir yang positif karena outputnya pasti positif juga…………!!!



Salam,
Eko Sumarsono bin Sulis Rahardjo bin Darno Semito Sampun Gadah Putro Sampun Gadah Wanito Cacahe Telung Puluh Limo

Baca Selanjutnya.....

PERSPEKTIF KEBENARAN


Alkisah, Paimo si penebang pohon sudah mulai sepi job karena hutan yang selama ini menjadi wilayah kerjanya sudah mulai gundul. Apalagi akibat global warning, kerajaan sudah mengeluarkan aturan tentang larangan menebang pohon jadi makin memperkapah ekomoninya. Ingin melamar kerja jadi direktur tapi nggak punya ijazah, ingin jadi anggota legislatif tapi tak punya partai politik. Pokoknya lengkaplah penderitaan Paimo saat itu.

Atas kesepakatan dengan Markonah istri tercintanya (yang ternyata tidak meninggal saat tercebur disungai dan ditemukan dalam keadaan pingsan = cerita detailnya lain waktu aja ya), maka diputuskanlah untuk melamar pekerjaan pada juragan Sumitro untuk menjadi tukang kebun. Setelah mengikuti tes tertulis, test psikology dan interview akhirnya Paimo diterima kerja oleh juragan Sumitro. Pekerjaan utama Paimo adalah menjaga kebersihan sekitar rumah dan yang kedua memberi makan “Jacky”, monyet kesayangan Juragan Sumitro. Urusan gaji terbilang lumayan karena sang Juragan terbilang orang yang royal dan dermawan.



Pada suatu hari setelah pekerjaan utamanya selesai, Paimo bersiap-siap untuk pekerjaan kedua yakni memberi makan si Jacky. Kesempatan ini sekaligus akan dimanfaatkan Paimo untuk menguji Jacky yang kata orang-orang termasuk monyet yang pintar dan mempunyai banyak kelebihan. “Kalau benar pilihannya maka saya akan mengakui kepintaran Jacky, tapi kalau salah berarti Jacky tidak pintar-pintar amat” kata Paimo dalam hati. Maka disusunlah rencana Paimo, yakni akan memberi makanan dengan beberapa jenis pilihan, yakni Pisang, Kacang Tanah, Semangka dan Anggur. “Apabila Jacky memilih pisang berarti jawaban paling benar dan dia termasuk monyet yang pintar” kata Paimo lagi, karena selama ini dia melihat bahwa makanan monyet adalah pisang.

Setelah semua dirasa cukup oleh Paimo, akhirnya test mulai dijalankan. Si Monyet agak kebingungan juga, kerena biasanya selama ini hanya disediakan makanan pisang atau kacang tanah tapi kok sekarang bertambah. “Apa juragan lagi dapat rezeki nomplok?” batin si Jacky. Karena si Jacky dulu pernah sekolah di sekolah monyet dan dia tahu tentang rasa dan harga makanan, akhirnya dia memilih anggur. “mumpung ada makanan mahal dan belum tentu dapat sebulan lagi, maka saya akan menikmati anggur saja, karena yang lainnya sudah sering” batin dia. Akhirnya dengan lahap dia makan anggur tanpa menghiraukan makanan yang lainnya. “Berarti si Jacky termasuk monyet yang bodoh karena dia memilih anggur, harusnya dia memilih pisang” kata Paimo sambil memakan pisang yang tidak dimakan Jacky. Tiba-tiba si Jacky berteriak “sekarang yang monyet siapa om…..???” hehehehehe

Itulah perspektif kebenaran….. Sering kali kita meyakini bahwa apa yang kita lakukan adalah benar, tapi belum tentu benar dimata yang lain. Karena faktor pengetahuan kita yang masih minim, karena faktor keadaan yang tidak memungkinkan atau karena faktor-faktor lain. Ada orang yang beranggapan bahwa menjadi “pengantin” bunuh diri yang melukai dan membunuh sesama adalah benar dan jihad, bisa jadi karena doktrin pengetahuan dia hanya sebatas itu dan tidak mempelajarinya secara keseluruhan, padahal itu salah dimata umum dan agama sekalipun.

Ada juga sebagian orang yang berfikir bahwa apapun yang dilakukan adalah benar selama tujuannya baik dan positif. Korupsi untuk membantu anak yatim (katanya), mencuri untuk mencukupi kebutuhan, menggusur lahan tinggal masyarakat marjinil tanpa ganti rugi yang memadai dengan alasan untuk pembangunan rumah ibadah, dan masih banyak lagi contoh disekitar kita.

Hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah dilaksanakan. Makhluk apa itu kebenaran juga kita kadang masih belum mengerti, yang pasti bahwa “benar” itu pasti “tidak salah”. Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyek, yakni pengetahuan yang obyektif. Karena suatu obyek memiliki banyak aspek, maka sulit untuk mencakup keseluruhan aspek (mencoba meliputi seluruh kebenaran dari obyek tersebut). kebenaran yang bersifat obyektif akan melihat apa adanya tanpa melibatkan emosi pengamatnya, berbanding terbalik dengan kebenaran yang bersifat subyektif yakni melibatkan emosi dan keyakinan pengamatnya.

Pada dasarnya manusia ingin mengetahui tentang kebenaran, karena hanya kebenaran yang memuaskan rasa ingin tahu manusia. Dengan kata lain tujuan pengetahuan adalah untuk mengetahui sesuatu yang benar. Dalam hal ini syarat mutlak untuk mengetahui benar atau salah adalah mengkaji jauh lebih dalam akan ilmu pengetahuan itu sendiri. Baik ilmu agama, sosial, pengetahuan dan teknologi serta lainya. So….., yang pasti untuk mengetahui bahwa sesuatu itu benar atau salah adalah pahami ilmunya secara keseluruhan, jangan hanya setengah-setengah……!!!

Salam,
Eko Sms

Baca Selanjutnya.....

Anak Belajar dari Kehidupannya


Alkisah pasangan muda Dul Kemit dan Maimunah sedang duduk-duduk santai diserambi rumah bersama putra bungsu mereka yang bernama Jono (7 tahun). Sesekali Dul Kemit mengajarkan satu dan dua hal kepada Jono tentang pengetahuan.

Ketika akan menyantap makanan ringan yang ada di depan meja, Dul Kemit bertanya kepada Putranya: “Puteraku yang paling ganteng sedunia yang bernama Jono, hayo coba kamu terangkan apa yang dibaca kalau kita akan makan…?” Lalu Jono menjawab: “gampang yah, kita harus membaca Bismillah…”. “Dan bacaan sesudah makan apa?” Tanya Dul Kemit lagi. Dengan sangat percaya diri Jono menjawab “yang dibaca sesudah makan adalah Astagfirullah”. Dul Kemit langsung tersentak dari duduknya mendengar jawaban puteranya tersebut. “Jawabanya salah Jono, yang bener harus baca Alhamdulillah” terang Dul Kemit. “Nggak Yah, yang benar baca Astagfirullah, buktinya selesai makan bersama keluarga di restoran sea food kemarin ayah mengucapkan kata Astagfirullah” protes Jono. Dul Kemit kaget dan buru-buru meluruskan apa yang disampaikan Jono, “Kalau yang kemarin itu ayah baca Astagfirullah karena saat selesai makan ayah lihat nota tagihan kok banyak sekali, makanya ayah kaget”. “O… gitu to saya paham” kata Jono. Hehehehehehe



Itu hanya sebatas gambaran tentang keseharian kita. Sering kali kita mengajarkan sesuatu hal kepada anak kita baik secara langsung maupun tidak langsung. Kecenderungan anak akan meniru dari apa yang didengar, dilihat maupun yang dirasakan dimana komunitas ia berada. Baik di rumah, lingkungan sekitar, disekolah, di pesantren dan dimanapun. Tentunya kita harus berhati-hati dalam bersikap.

Keluarga mempunyai peranan penting karena dipandang sebagai sumber pertama dalam proses sosialisasi, karena memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kesehatan mental anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya, yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

Keluarga merupakan aset yang sangat penting, individu tidak bisa hidup sendirian, tanpa ada ikatan-ikatan dengan keluarga. Begitu menurut fitrahnya, menurut budayanya, dan begitulah perintah Allah SWT. Keluarga memberikan pengaruh yang besar terhadap seluruh anggotanya sebab selalu terjadi interaksi yang paling bermakna, paling berkenan dengan nilai yang sangat mendasar dan sangat intim.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan dimulau dari keluarga, tentunya kita harus bijak dan cerdas dalam mensikapinya. Proses pertama yang harus dilakukan adalah menjadi contoh dan tauladan yang baik bagi anak-anak kita. Jangan kemudian kita menyuruh anak untuk melakukan sholat, puasa atau apapun ajaran kebaikan lainnya kalau kita sendiri tidak melakukannya. Apa kata dunia nantinya….???

Saya masih menganggap reward dan punishment penting, dalam artian berikan reward kepada anak berupa pujian, sanjungan ataupun reward yang lainnya guna lebih meningkatkan kreativitas. Punishment disini harus memberikan dampak positif bagi perkembangan mental dan rasa tanggung jawab anak….

Berhubung sudah ngantuk, jadi sebatas itu dulu yanga keluar di kepala ini, mungkin lain kali bisa dilanjutkan kembali. Kepada teman-teman, sudulur-sedulur mohon ditambahkan bila berkenan. Lha gitu to……………….???

Salam,
Eko Sumarsono bin Sulis Raharjo bin Darno Semito Sampun Gadah Putro Sampun Gadah Wanito

Baca Selanjutnya.....

Tuesday, May 17, 2011

Makhluk itu Bernama Ujian Nasional



Adalah Paijan, putra sulung dari pasangan Dul Kemit dan Maimunah yang masih duduk di kelas XII pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta di Kota Berantah. Paijan termasuk sosok yang cerdas ketika dihadapkan dengan dunia otomotif sesuai dengan jurusan yang diambil pada SMK tersebut. Apapun permasalahan yang berkaitan permesinan, baik 2 tak maupun 4 tak, mulai dari yang sederhana sampai yang sangat sulit pun hampir dipastikan dapat selesai oleh tangan terampil Paijan. Bahkan pernah suatu ketika dia diminta bantuan sebuah perusahaan skala menengah (via tetangganya) untuk memperbaiki salah satu mesin genset yang kondisinya cukup parah, dan ditangan Paijan dalam waktu yang tidak begitu lama menjadi normal kembali. Intinya kalau berhubungan dengan dunia permesinan Paijan sudah tergolong mumpuni berkat kemauan belajar baik di sekolah maupun di bengkel milik orang tuanya.

Pagi tadi, dengan semangat 45 Paijan berangkat ke sekolah guna mengetahui hasil kelulusan Ujian Nasional yang beberapa saat lalu dia ikuti. Tapi apa yang terjadi…..??? Dengan wajah pucat dan badan gemetaran dia harus menerima kenyataan bahwa dia dinyatakan tidak lulus ujian nasional, karena nilai Bahasa Indonesia dibawah standar. Paijan, sosok yang mumpuni di bidangnya tapi harus menanggung malu dan frustasi akibat makhluk yang bernama Ujian Nasional….



Itulah Potret pendidikan kita, Ujian Nasional yang gembar-gemborkan pemerintah ternyata tidak mampu menyelesaikan dan dapat menjawab pertanyaan seberapa jauh perkembangan anak didik dalam mengenal ilmu pengetahuan, teknolohi, seni, olah raga, dan budayai. Ujian Nasional tidak mampu melihat mutu pendidikan dari sisi percaya diri dan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan bersikap demokratis. Dengan kata lain, Ujian Nasional tidak akan mampu menyediakan informasi yang akurat mengenai mutu pendidikan.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasiona, bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah sistem evaluasi dalam bentuk Ujian Nasional dapat menjawab semua informasi yang diperlukan dalam pencapaian tujuan tersebut? Apakah Ujian Nasional dapat menilai kemampuan, keterampilan dan keahlian anak pada bidangnya? Apakah Ujian Nasional dapat memberikan informasi tentang keimanan dan ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa? Apakah Ujian Nasional dapat menjawab tingkat kreativitas dan kemandirian peserta didik? Apakah Ujian Nasional dapat menjawab sikap demokratis anak? Dapatkah Ujian Nasional memberikan semua informasi tentang tingkat ketercapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tersebut?

Jika seorang anak yang berpotensi dibidang teknologi tentunya tidak bisa dipaksakan untuk menguasai pelajaran Bahasa Indomesia kalau dia sendiri tidak menyukainya dan berpikir tidak relevan dengan bidang teknik yang digelutinya. Demikian dengan potensi-potensi yang lain. Memperlakukan semua anak dengan memberikan Ujian Nasional sama artinya menganggap semua anak berpotensi sama untuk menguasai mata pelajaran yang diujikan, padahal kenyataannya berbeda.

Evaluasi adalah penting guna mengetahui sejauh mana keluaran (out put) pendidikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Namun evaluasi harus bersifat objectif, adil dan harus mampu memberikan informasi yang akurat tentang peserta didik.

Evaluasi harus mampu menjawab semua informasi tentang tingkat pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Pendidikan yang diarahkan untuk melahirkan tenaga cerdas yang mampu bekerja dan tenaga kerja yang cerdas tidak dapat diukur hanya dengan tes belaka (Soedijarto, 1993a:17). Untuk itu evaluasi harus mampu menjawab kecerdasan peserta didik sekaligus kemampuannya dalam bekerja. Sistem evaluasi yang lebih banyak berbentuk tes obyektif akan membuat peserta didik mengejar kemampuan kognitif dan bahkan dapat dicapai dengan cara mengafal saja. Artinya anak yang lulus ujian dalam bentuk tes obyektif belum berarti bahwa anak tersebut cerdas apalagi terampil bekerja, karena cukup dengan menghafal walaupun tidak mengerti maka dia dapat mengerjakan tes. Sebagai konsekuensinya harus dikembangkan sistem evaluasi yang dapat menjawab semua kemampuan yang dipelajari dan diperoleh selama mengikuti pendidikan. Selain itu pendidikan harus mampu membedakan antara anak yang mengikuti pendidikan dengan anak yang tidak mengikuti pendidikan. Dengan kata lain evaluasi tidak bisa dilakukan hanya pada saat tertentu, tetapi harus dilakukan secara komperehensif atau menyeluruh dengan beragam bentuk dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan…….!!!

Salam………..
Eko Sms


Baca Selanjutnya.....

Wednesday, March 23, 2011

Tentang Cinta I

Manusia tidak jatuh kedalam cinta, tidak juga keluar dari cinta…, tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta.

Cinta dibanyak waktudan peristiwa orang selalu beda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang seperti udara yang mengisi ruang kosong dan juga laksana air yang mengalir kedataran yang lebih rendah.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih saying. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik…..

Baca Selanjutnya.....

Tentang Cinta II

Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi lebih indah untuk mencintai dan tidak pernah menemukan keberanian untuk memberitahu mereka apa yang kita rasakan.

Mungkin Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang yang tidak tepat sebelum bertemu dengan yang tepat. Jadi ketika akhirnya kita bertemu dengan orang yang tepat, kita akan tahu betapa berharganya anugerah tersebut…



Cinta adalah ketika kita membawa perasaan, kesabaran dan romantisme dalam suatu hubungan dan menemukan bahwa kita peduli dengan dia. Hal-hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kita bertemu dengan orang yang sangat berarti bagi kita hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kita harus membiarkannya pergi. Ketika pintu kebahagiaan tertutup, yang lain mungkin terbuka, tapi terkadang kita menatap terlalu lama pintu yang telah tertutup itu sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka lebar untuk kita……………

Baca Selanjutnya.....

Tentang Cinta III

Kalau engkau mencintai dan dicintai seseorang, senangkanlah hatimu…, karena hidupmu telah berharga. Tandanya engkau masuk daftar anak bumi yang terpilih. Allah akan memperlihatkan belas kasihNya pada mu lantaran pergaduhan hati sesama makhluk, dua jiwa diseberang masyrig dan magrib telah terkukung dibawah suatu perasaan didalam lingkunganNya.



Jika cintamu tidak terbalas, senangkanlah hatimu…., karena sesungguhnya orang yang mengusir akan jatuh kasihan dan ingin kembali ketika sudah jauh dari matanya. Dia akan cinta, cinta yang lebih tinggi derajatnya dari pada cinta lantaran hawa. Terpencil jauh membawa keuntungan insyaf, kebencian meruncingkan cita-cita dan membersihkan perbuatan sehingga lantaran itu hati akan bersih laksana bejana kaca yang penuh berisi air khulud, air kekal yang dianugerahkan Tuhan. Dengan sebab itu, engkau akan memperoleh tempat yang merupakan cinta itu kelak. Kalau tidak ada pada insan, akan ada pada yang lebih besar dari insan. Bersedialah menerima untuk menyuburkan cinta walaupun bagaimana besar tanggungan mu, karena cinta memberi dan menerima…. Cinta itu gelisah tetapi membawa ketenteraman……….

Baca Selanjutnya.....

Perempuan...............



Perempuan,
Mahluk cantik yang diciptakan Tuhan ke dunia
Untuk membuat dunia menjadi indah
Sebagai bukti bahwa Tuhan Maha Indah dan mencintai keindahan

Perempuan,
Mahluk kuat yang diciptakan Tuhan ke dunia
Yang melahirkan generasi penerus dengan bersabung nyawa

Perempuan,
Mahluk sabar yang diciptakan Tuhan ke dunia
Untuk mendampingi laki-laki yang terkadang bertingkah & berulah
Bak anak kecil yang rewel kehilangan mainannya



Perempuan,
Mahluk tangguh yang diciptakan Tuhan ke dunia
Untuk mendampingi suami membanting tulang
Menghidupi & membesarkan anak-anaknya

Perempuan,
Mahluk setia yang diciptakan Tuhan ke dunia
Untuk mendampingi suami sampai senja kala hidupnya
Walaupun badai menghantam biduk rumah tangganya

Perempuan,
Mahluk pintar yang diciptakan Tuhan kedunia
Untuk menjadi guru bagi anak-anaknya
Agar tahu bahwa hidup punya makna

Perempuan,
Mahluk cerdas yang diciptakan Tuhan kedunia
Untuk memutar otak agar tetap bisa survive hidup
Bagaimanapun kondisi ekonominya

Perempuan,
Mahluk alim yang diciptakan Tuhan kedunia
Untuk menjadi ustadzah bagi lingkungannya
Agar mengabdi kepada Tuhan PenciptaNya....

Baca Selanjutnya.....

BERBUATLAH YANG TERBAIK



Kisah 4 Istri

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 isteri. Dia mencintai isteri ke-4 dan menganugerahinya harta dan kesenangan, sebab ia yang tercantik di antara semua isterinya.

Pria ini juga mencintai isterinya yang ke-3. ia sangat bangga dengan sang isteri dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita cantik ini kepada semua temannya. Namun ia juga selalu kuatir kalau isterinya ini lari dengan pria lain. Begitu juga dengan isteri ke-2. Sang pedagang sangat menyukainya karena ia isteri yang sabar dan penuh pengertian.

Kapan pun pedagang mendapat masalah, ia selalu minta pertimbangan isteri ke-2-nya ini, yang selalu menolong dan mendampingi sang suami melewati masa-masa sulit.

Sama halnya dengan isteri pertama. Ia adalah pasangan yang sangat setia dan selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarganya. Wanita ini yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan bisnis sang suami.

Akan tetapi, sang pedagang kurang mencintainya meski isteri pertama ini begitu sayang kepadanya. Suatu hari si pedagang sakit dan menyadari bahwa ia akan segera meninggal. Ia meresapi semua kehidupan indahnya dan berkata dalam hati, "Saat ini aku punya 4 isteri. Namun saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan."



ISTERI KE-4: NO WAY

Lalu pedagang itu memanggil semua isterinya dan bertanya pada isteri ke-4-nya. "Engkaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan indah. Nah, sekarang aku akan mati. Maukah kamu mendampingi dan menemaniku?" Ia terdiam.... tentu saja tidak! Jawab isteri ke-4 dan pergi begitu saja tanpa berkata apa2 lagi. Jawaban ini sangat menyakitkan hati. Seakan2 ada pisau terhunus dan mengiris- iris hatinya.


ISTERI KE-3: MENIKAH LAGI

Pedagang itu sedih lalu bertanya pada isteri ke-3. "Aku pun mencintaimu sepenuh hati dan saat ini hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku dan menemani akhir hayatku?" Isterinya menjawab, "hidup begitu indah di sini, Aku akan menikah lagi jika kau mati". Bagai disambar petir di siang bolong, sang pedagang sangat terpukul dengan jawaban tsb. Badannya terasa demam.


ISTERI KE-2: SAMPAI LIANG KUBUR

Kemudian ia memanggil isteri ke-2. "Aku selalu berpaling kepadamu setiap kali aku mendapat masalah dan kau selalu membantuku sepenuh hati. Kini aku butuh sekali bantuanmu. Kalau aku mati, maukah engkau mendampingiku?" Jawab sang isteri, "Maafkan aku kali ini aku tak bisa menolongmu. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur. Nantiakan kubuatkan makam yang indah untukmu."


ISTERI KE-1: SETIA BERSAMA SUAMI

Pedagang ini merasa putus asa. Dalam kondisi kecewa itu, tiba- tiba terdengar suara, "Aku akan tinggal bersamamu dan menemanimu kemana pun kau pergi. Aku tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu. Pria itu lalu menoleh ke samping, dan mendapati isteri pertamanya di sana. Ia tampak begitu kurus. Badannya seperti orang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja aku bisa merawatmu lebih baik saat aku mampu, tak akan kubiarkan engkau kurus seperti ini, isteriku."


HIDUP KITA DIWARNAI 4 ISTERI

Sesungguhnya, kita punya 4 isteri dalam hidup ini.

Isteri ke-4 adalah TUBUH kita. Seberapa banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah. Semua ini akan hilang dalam suatu batas waktu dan ruang. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap kepada-Nya.

Isteri ke-3, STATUS SOSIAL DAN KEKAYAAN. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah dan melupakan kita yang pernah memilikinya. Sebesar apapun kedudukan kita dalam masyarakat dan sebanyak apapun harta kita, semua itu akan berpindah tangan dalam waktu sekejap ketika kita tiada.

Sedangkan Isteri ke-2, yakni KERABAT DAN TEMAN. Seberapa pun dekat hubungan kita dengan mereka, kita tak akan bisa terus bersama mereka. Hanya sampai liang kuburlah mereka menemani kita.

Dan sesungguhnya Isteri pertama kita adalah JIWA DAN AMAL KITA. Sebenarnya hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia mendampingi kemana pun kita melangkah. Hanya amallah yang mampu menolong kita di akhirat kelak.

Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa kita dengan bijak serta jangan pernah malu untuk berbuat amal, memberikan pertolongan kepada sesama yang membutuhkan. Betapa pun kecilnya bantuan kita, pemberian kita menjadi sangat berarti bagi mereka yang memerlukannya.

Mari kita belajar memperlakukan jiwa dan amal kita dengan bijak.

Baca Selanjutnya.....

Renungan Bagi Orang Tua yang Sibuk


Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam.

Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelasdua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama. Kok, belum tidur? sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji yah? Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya? Ah, enggak. Pengen tahu aja. Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?



Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya. Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong, katanya. Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok, perintah Rudi.

Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak? Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah. Tapi, Ayah... Kesabaran Rudi habis. Ayah bilang tidur! hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih. Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini. Iya,iya, tapi buat apa? tanya Rudi lembut. Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah, kata Imron polos. Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Saya tidak tahu apakah kisah di atas pernah terjadi pada kita, tapi saya tahu kebanyakan anak-anak orang kantoran maupun wirausahawan saat ini memang merindukan saat-saat bercengkerama dengan orang tua mereka. Saat dimana mereka tidak merasa disingkirkan dan diserahkan kepada suster, pembantu atau sopir. Mereka tidak butuh uang yang lebih banyak. Mereka ingin lebih dari itu. Mereka ingin merasakan sentuhan kasih-sayang Ayah dan Ibunya. Apakah hal ini berlebihan?

Sebagian besar wanita karier yang nampaknya menikmati emansipasi-nya, diam-diam menangis dalam hati ketika anak-anak mereka lebih dekat dengan suster, supir, dan pembantu daripada ibu kandung mereka sendiri. Seorang wanita muda yang menduduki posisi asisten manajer sebuah bank swasta, menangis pilu ketika menceritakan bagaimana anaknya yang sakit demam tinggi tak mau dipeluk ibunya, tetapi berteriak-teriak memanggil nama pembantu mereka yang sedang mudik lebaran.

Entahlah............................


Baca Selanjutnya.....

RACUN HATI



Dahulu kala di negeri Cina, adalah seorang gadis bernama Li-Li. Ia baru menikah dan tinggal di wisma mertua indah. Dalam waktu singkat, Li-Li tahu bahwa ia sangat tidak cocok tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Karakter mereka sangat jauh berbeda. Dan Li-Li sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.

Hari berganti hari, begitu pula bulan berganti bulan. Li-Li dan ibu mertuanya tak pernah berhenti berdebat dan bertengkar. Yang makin membuat Li-Li kesal adalah adat kuno Cina yang mengharuskan ia untuk selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati semua kemauannya. Semua kemarahan dan ketidakbahagiaan di dalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-Li, seorang yang berjiwa sederhana.



Akhirnya, Li-Li tidak tahan lagi terhadap sifat buruk dan kelakuan ibu mertuanya. Dan ia benar-benar telah bertekad untuk melakukan sesuatu. Li-Li pergi menjumpai seorang teman ayahnya yaitu Sinshe Wang yang mempunyai Toko Obat Cina. Ia menceritakan situasinya dan minta dibuatkan ramuan racun yang kuat untuk diberikan pada ibu mertuanya.

Sinshe Wang berpikir keras sejenak. Lalu ia berkata, “Li-Li, saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa yang saya sarankan.” Li-Li berkata, “OK pak Wang, saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakan, yang harus saya perbuat.”

Sinshe Wang masuk ke dalam, dan tak lama ia kembali dengan menggenggam sebungkus ramuan. Ia berkata kepada Li-Li, “Kamu tidak bisa memakai racun keras yang mematikan seketika, untuk meyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu akan membuat semua orang menjadi curiga. Oleh karena itu, saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun di dalam tubuhnya.

Sinshe Wang melanjutkan, “Setiap hari, sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini ke dalamnya. Lalu, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya. Jangan berdebat dengannya, taati semua kehendaknya, dan perlakukan dia seperti seorang ratu.”

Li-Li sangat senang. Ia berterima kasih kepada pak Wang dan buru-buru pulang ke rumah untuk memulai rencana membunuh ibu mertuanya. Minggu demi minggu, bulan demi bulan pun berlalu. Setiap hari Li-Li melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak, yang sudah “dibumbuinya”. Ia mengingat semua petunjuk dari Sinshe Wang tentang hal mencegah kecurigaan. Maka ia mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya, mentaati perintah ibu mertuanya, dan memperlakukannya seperti ibunya sendiri.

Setelah enam bulan lewat, suasana di dalam rumah itu berubah secara drastis. Li-Li sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah lagi marah atau kesal. Ia tidak pernah berdebat lagi dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir karena ia mendapatkan bahwa ibu mertuanya kini tampak lebih ramah kepadanya. Sikap si ibu mertua terhadap Li-Li telah berubah, dan mulai mencintai Li-Li seperti puterinya sendiri.

Ia terus menceritakan kepada kawan-kawan dan sanak familinya bahwa Li-Li adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh. Li-Li dan ibu mertuanya saling memperlakukan satu sama lain seperti layaknya seorang ibu dan anak yang sesungguhnya. Suami Li-Li sangat bahagia menyaksikan semua yang terjadi.

Suatu hari, Li-Li pergi menjumpai Sinshe Wang dan meminta bantuannya sekali lagi. Ia berkata, “Pak Wang, tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya tidak sampai membunuhnya!” “Ia telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya sangat mencintainya seperti kepada ibu saya sendiri. Saya tidak mau ia mati karena racun yang saya berikan kepadanya.”

Sinshe Wang tersenyum. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya. “Li-Li, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan kepadamu itu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau.”

“Satu-satunya racun yang ada, adalah yang terdapat di dalam pikiranmu sendiri, dan di dalam sikapmu terhadapnya, …”

“… tetapi semuanya itu telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya …”

Baca Selanjutnya.....