Monday, June 13, 2011

KEKUATAN PIKIRAN



Beberapa saat yang lalu di suatu malam, ketika saya sedang menikmati teh tarik favorit saya berikut makanan ringan di Pujasera Sekupang Trade Center (STC), saya dikejutkan oleh tawa yang tidak seberapa jauh dari tempat duduk saya. Ketika saya menoleh ternyata ada seorang laki-laki yang hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada sedang tertawa menikmati makanan sisa diujung pujasera tersebut. Ketika saya bertanya pada pelayan pujasera, dia menjelaskan bahwa dia tidak waras alias sinting sejak beberapa tahun ini sepulang dari Malaysia.

Yang menjadi perhatian saya saat itu bukanlah bagaimana dia menjadi gila, namun lebih dari itu adalah bagaimana dia memiliki kekebalan tubuh yang luar biasa. Beberapa keterangan yang saya dapat menyebutkan bahwa dia selalu berpakaian minim seperti itu, tidur disembarang tempat, makan makanan yang sisa yang tentu tidak higienis, terkadang minum minuman mentah namun hampir dipastikan dia tidak pernah sakit.



Saya berusaha mencari dan terus mencari jawaban tersebut. Kesimpulan awal yang saya dapat berdasar beberapa referensi yang saya temukan, bahwa semua prilaku manusia dipengaruhi oleh kerja otak, baik otak sadar (conscious) maupun otak bawah sadar (sub-conscious). Dalam hal ini yang terjadi pada si orang gila yang mempunyai kekebalan tubuh tersebut dikarenakan pikiran nya dalam kondisi Delta ( 0 fokus), sehingga tidak merespon positif maupun negatif atas poses yang terjadi.

Pikiran….., ternyata memunyai kekuatan yang sangat luar biasa. Apa yang kita pikirkan baik secara sadar maupun tidak sadar akan mempengaruhi hasilnya. Saya jadi teringat ketika masih di Solo beberapa tahun yang lalu, ketika kakek saya sakit kepala dan beliau minta dibelikan Paramex (maaf bukan promosi) tapi malah saya belikan merek lain yang harga nya jauh lebih mahal dan kualitasnya lebih baik. Hasilnya obat tersebut tidak memberikan reaksi apa-apa, tapi begitu saya belikan dengan merek yang diminta beberapa jam saja sudah sembuh. Ternyata kakek saya sudah meyakini dan mensugesti dirinya bahwa apabila minum obat tersebut maka akan sembuh.

Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan akan memberikan instruksi baik secara langsung maupun tidak kepada otak kita. Dulu waktu kecil kita terbiasa minum air mentah dan tidak membuat sakit, tapi kalau sekarang kita minum air mentah apa yang terjadi? Hampir dipastikan akan sakit. Apa karena sekarang sudah terkontaminasi dengan zat-zat kimiawi? Mungkin saja. Tapi menurut saya lebih pada kerja otak. Otak kita sudah dijejali dari beberapa referensi pengetahuan bahwa kalau tidak higienis akan menyebabkan penyakit dan lainnya, dan secara langsung maupun tidak kita sudah mengamininya. Coba kita bandingkan, ketika seseorang dihypnotis dan otak bawah sadar nya disugesti bahwa minum air raksa tidak berbahaya, apa yang terjadi ketika orang tersebut meminumnya? Yang pasti air raksa tersebut tidak memberikan reaksi apa-apa, sebab otak bawah sadar sudah memerintahan kepada tubuh untuk menetralisir apapun yang masuk.

Sekali lagi, itulah kekuatan pikiran. Dengan memberikan sugesti pada otak, sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin atau sebaliknya sesuatu yang mungkin bisa menjadi tidak mungkin. Ketika kita berfikir akan sakit pasti sakit, ketika kita berfikir tidak berhasil pasti tidak berhasil, ketika kita berfikir tidak bahagia pasti tidak bahagia dan lainnya. Begitu sebaliknya, ketika kita berfikir selalu sehat pasti sehat, ketika kita berfikir berhasil pasti berhasil, ketika kita berfikir bahagia pasti bahagia...
Akhir tulisan ini saya ingin mengajak sahabat semua, mari kita biasakan berfikir yang positif karena outputnya pasti positif juga…………!!!



Salam,
Eko Sumarsono bin Sulis Rahardjo bin Darno Semito Sampun Gadah Putro Sampun Gadah Wanito Cacahe Telung Puluh Limo

Baca Selanjutnya.....

PERSPEKTIF KEBENARAN


Alkisah, Paimo si penebang pohon sudah mulai sepi job karena hutan yang selama ini menjadi wilayah kerjanya sudah mulai gundul. Apalagi akibat global warning, kerajaan sudah mengeluarkan aturan tentang larangan menebang pohon jadi makin memperkapah ekomoninya. Ingin melamar kerja jadi direktur tapi nggak punya ijazah, ingin jadi anggota legislatif tapi tak punya partai politik. Pokoknya lengkaplah penderitaan Paimo saat itu.

Atas kesepakatan dengan Markonah istri tercintanya (yang ternyata tidak meninggal saat tercebur disungai dan ditemukan dalam keadaan pingsan = cerita detailnya lain waktu aja ya), maka diputuskanlah untuk melamar pekerjaan pada juragan Sumitro untuk menjadi tukang kebun. Setelah mengikuti tes tertulis, test psikology dan interview akhirnya Paimo diterima kerja oleh juragan Sumitro. Pekerjaan utama Paimo adalah menjaga kebersihan sekitar rumah dan yang kedua memberi makan “Jacky”, monyet kesayangan Juragan Sumitro. Urusan gaji terbilang lumayan karena sang Juragan terbilang orang yang royal dan dermawan.



Pada suatu hari setelah pekerjaan utamanya selesai, Paimo bersiap-siap untuk pekerjaan kedua yakni memberi makan si Jacky. Kesempatan ini sekaligus akan dimanfaatkan Paimo untuk menguji Jacky yang kata orang-orang termasuk monyet yang pintar dan mempunyai banyak kelebihan. “Kalau benar pilihannya maka saya akan mengakui kepintaran Jacky, tapi kalau salah berarti Jacky tidak pintar-pintar amat” kata Paimo dalam hati. Maka disusunlah rencana Paimo, yakni akan memberi makanan dengan beberapa jenis pilihan, yakni Pisang, Kacang Tanah, Semangka dan Anggur. “Apabila Jacky memilih pisang berarti jawaban paling benar dan dia termasuk monyet yang pintar” kata Paimo lagi, karena selama ini dia melihat bahwa makanan monyet adalah pisang.

Setelah semua dirasa cukup oleh Paimo, akhirnya test mulai dijalankan. Si Monyet agak kebingungan juga, kerena biasanya selama ini hanya disediakan makanan pisang atau kacang tanah tapi kok sekarang bertambah. “Apa juragan lagi dapat rezeki nomplok?” batin si Jacky. Karena si Jacky dulu pernah sekolah di sekolah monyet dan dia tahu tentang rasa dan harga makanan, akhirnya dia memilih anggur. “mumpung ada makanan mahal dan belum tentu dapat sebulan lagi, maka saya akan menikmati anggur saja, karena yang lainnya sudah sering” batin dia. Akhirnya dengan lahap dia makan anggur tanpa menghiraukan makanan yang lainnya. “Berarti si Jacky termasuk monyet yang bodoh karena dia memilih anggur, harusnya dia memilih pisang” kata Paimo sambil memakan pisang yang tidak dimakan Jacky. Tiba-tiba si Jacky berteriak “sekarang yang monyet siapa om…..???” hehehehehe

Itulah perspektif kebenaran….. Sering kali kita meyakini bahwa apa yang kita lakukan adalah benar, tapi belum tentu benar dimata yang lain. Karena faktor pengetahuan kita yang masih minim, karena faktor keadaan yang tidak memungkinkan atau karena faktor-faktor lain. Ada orang yang beranggapan bahwa menjadi “pengantin” bunuh diri yang melukai dan membunuh sesama adalah benar dan jihad, bisa jadi karena doktrin pengetahuan dia hanya sebatas itu dan tidak mempelajarinya secara keseluruhan, padahal itu salah dimata umum dan agama sekalipun.

Ada juga sebagian orang yang berfikir bahwa apapun yang dilakukan adalah benar selama tujuannya baik dan positif. Korupsi untuk membantu anak yatim (katanya), mencuri untuk mencukupi kebutuhan, menggusur lahan tinggal masyarakat marjinil tanpa ganti rugi yang memadai dengan alasan untuk pembangunan rumah ibadah, dan masih banyak lagi contoh disekitar kita.

Hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah dilaksanakan. Makhluk apa itu kebenaran juga kita kadang masih belum mengerti, yang pasti bahwa “benar” itu pasti “tidak salah”. Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyek, yakni pengetahuan yang obyektif. Karena suatu obyek memiliki banyak aspek, maka sulit untuk mencakup keseluruhan aspek (mencoba meliputi seluruh kebenaran dari obyek tersebut). kebenaran yang bersifat obyektif akan melihat apa adanya tanpa melibatkan emosi pengamatnya, berbanding terbalik dengan kebenaran yang bersifat subyektif yakni melibatkan emosi dan keyakinan pengamatnya.

Pada dasarnya manusia ingin mengetahui tentang kebenaran, karena hanya kebenaran yang memuaskan rasa ingin tahu manusia. Dengan kata lain tujuan pengetahuan adalah untuk mengetahui sesuatu yang benar. Dalam hal ini syarat mutlak untuk mengetahui benar atau salah adalah mengkaji jauh lebih dalam akan ilmu pengetahuan itu sendiri. Baik ilmu agama, sosial, pengetahuan dan teknologi serta lainya. So….., yang pasti untuk mengetahui bahwa sesuatu itu benar atau salah adalah pahami ilmunya secara keseluruhan, jangan hanya setengah-setengah……!!!

Salam,
Eko Sms

Baca Selanjutnya.....

Anak Belajar dari Kehidupannya


Alkisah pasangan muda Dul Kemit dan Maimunah sedang duduk-duduk santai diserambi rumah bersama putra bungsu mereka yang bernama Jono (7 tahun). Sesekali Dul Kemit mengajarkan satu dan dua hal kepada Jono tentang pengetahuan.

Ketika akan menyantap makanan ringan yang ada di depan meja, Dul Kemit bertanya kepada Putranya: “Puteraku yang paling ganteng sedunia yang bernama Jono, hayo coba kamu terangkan apa yang dibaca kalau kita akan makan…?” Lalu Jono menjawab: “gampang yah, kita harus membaca Bismillah…”. “Dan bacaan sesudah makan apa?” Tanya Dul Kemit lagi. Dengan sangat percaya diri Jono menjawab “yang dibaca sesudah makan adalah Astagfirullah”. Dul Kemit langsung tersentak dari duduknya mendengar jawaban puteranya tersebut. “Jawabanya salah Jono, yang bener harus baca Alhamdulillah” terang Dul Kemit. “Nggak Yah, yang benar baca Astagfirullah, buktinya selesai makan bersama keluarga di restoran sea food kemarin ayah mengucapkan kata Astagfirullah” protes Jono. Dul Kemit kaget dan buru-buru meluruskan apa yang disampaikan Jono, “Kalau yang kemarin itu ayah baca Astagfirullah karena saat selesai makan ayah lihat nota tagihan kok banyak sekali, makanya ayah kaget”. “O… gitu to saya paham” kata Jono. Hehehehehehe



Itu hanya sebatas gambaran tentang keseharian kita. Sering kali kita mengajarkan sesuatu hal kepada anak kita baik secara langsung maupun tidak langsung. Kecenderungan anak akan meniru dari apa yang didengar, dilihat maupun yang dirasakan dimana komunitas ia berada. Baik di rumah, lingkungan sekitar, disekolah, di pesantren dan dimanapun. Tentunya kita harus berhati-hati dalam bersikap.

Keluarga mempunyai peranan penting karena dipandang sebagai sumber pertama dalam proses sosialisasi, karena memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kesehatan mental anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya, yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

Keluarga merupakan aset yang sangat penting, individu tidak bisa hidup sendirian, tanpa ada ikatan-ikatan dengan keluarga. Begitu menurut fitrahnya, menurut budayanya, dan begitulah perintah Allah SWT. Keluarga memberikan pengaruh yang besar terhadap seluruh anggotanya sebab selalu terjadi interaksi yang paling bermakna, paling berkenan dengan nilai yang sangat mendasar dan sangat intim.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan dimulau dari keluarga, tentunya kita harus bijak dan cerdas dalam mensikapinya. Proses pertama yang harus dilakukan adalah menjadi contoh dan tauladan yang baik bagi anak-anak kita. Jangan kemudian kita menyuruh anak untuk melakukan sholat, puasa atau apapun ajaran kebaikan lainnya kalau kita sendiri tidak melakukannya. Apa kata dunia nantinya….???

Saya masih menganggap reward dan punishment penting, dalam artian berikan reward kepada anak berupa pujian, sanjungan ataupun reward yang lainnya guna lebih meningkatkan kreativitas. Punishment disini harus memberikan dampak positif bagi perkembangan mental dan rasa tanggung jawab anak….

Berhubung sudah ngantuk, jadi sebatas itu dulu yanga keluar di kepala ini, mungkin lain kali bisa dilanjutkan kembali. Kepada teman-teman, sudulur-sedulur mohon ditambahkan bila berkenan. Lha gitu to……………….???

Salam,
Eko Sumarsono bin Sulis Raharjo bin Darno Semito Sampun Gadah Putro Sampun Gadah Wanito

Baca Selanjutnya.....